Kamis, 05 Januari 2012

CERPEN SEDIH TERBARU - Hati yg menangis


Cerpen Sedih : Hati Yang Menangis

Ditulis oleh muhammad yasri
Cerpen Sedih : Hati Yang Menangis, Satu Lagi Cerpen Kiriman Yang dikirim Leawt Email, Kali ini Cerpen Sedih setelah sebulumnya pernah juga Ilmuini Memposting Cerpen  Sedih : Acakadut Yang dikirim oleh Teman SD ilmuini maka kali iniCerpen sedih Hati yang Menangis Dikirim Oleh "Jovian Andreas", Cerpen ini mengisahkan ataupun menggambarkan Tentang Sebuah Perasaan yang Hancur Luluh Lantak disaat Kebahagian akan Menjelang, Mungkin Kamu punya pengalaman seperti ini,
Dari pada kalian bertanya Tanya Tentang isi ceritanya, Maka silahkan saja Baca sampai HabiCerpen Sedih : Hati Yang Menangis ini :

****
Hati laki-laki boleh menangis, tapi tidak boleh keluarkan air mata hingga dilihat banyak orang. Anak laki-laki harus bisa menunjukkan jiwa ksatrianya. Harus mampu menahan segala kepedihan dan harus bisa mencegah penilaian jelek dari orang-orang kalau Hugo, adalah laki-laki cengeng.

Begitulah yang dirasakan Hugo Fabiano, nama bagus yang sebetulnya pribumi asli, kehilangan kedua orang tuanya secara hampir bersamaan.

   Bayangkan hanya beda dua minggu perihal kematian bapaknya dan disusul ibunya dalam tahun yang sama, 2011. Padahal Hugo baru saja melangsungkan pernikahan tujuh bulan yang lalu. Dan mengapa hanya sebentar orang tuanya mengetahuinya kalau ia sudah bisa mandiri, lepas dari mereka.

Maklum ia anak tunggal dan menikah pun pada usia sudah 32 tahun, yang dirasakan usianya itu sudah menunjukkan sudah lewat dari kata pemuda. Sudah tua.

  Namun Hugo sangat sayang pada kedua orang tuanya. Ia patuh pada mereka yang jelas sebagai anak tunggal dia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya. Hugo sangat tahu kalau kedua orang tuanya juga berdedikasi dalam pekerjaan. Bapaknya, Surono, Kapten Polisi dan ibunya, Fathia,ibu rumah tangga yang mau berguna di lingkup PKK Kelurahan.

Hebat kan? Lalu dia jadi tahu kalau kedua orang tuanya begitu diperlukan oleh pengurus masyarakat, hingga bapaknya pun rela menjadi pengurus partai, Hugo jadi faham, kalau bapaknya patut diteladaninya.

  "Papa,mama, kenapa begitu cepat kau tinggalkanku? Bagaimana caranya aku membawa istriku ke rumah kita, warisan darimu, sedangkan aku masih begini-beg ini  saja.
Aku tak tahu bagaimana pendirian istriku, Rianti, yang akan menjadi permaisuri bagiku.
Dan kami mungkin akan punya anak, memberi kalian cucu, tapi tak ada kalian... Oh, pa,ma.. aku sedih..!"

Batin anak mana yang tak akan menangis. Biarpun dia laki-laki, dia akan menjerit jika ditinggal mati, secara beruntun begitu.  Peristiwanya juga sangat menyesakkan. Yah, Hugo mengadu pada Tuhan karena derita batinnya itu.

  Ibu Hugo jatuh sakit setelah tahu Hugo akan menikah. Ibu Fathia tak ingin anaknya melangsungkan pernikahan dengan biaya sedemikian mahalnya. Ibu Fathia maunya sederhana dan anaknya jangan gengsi dengan biaya perayaan pernikahan karena Ibu tahu penghasilan Hugo tidak besar dan tabungannya juga tidak banyak. Apalagi kasus bapaknya, Pak Surono yang sudah dikenai musibah saat menabung uang hasil jerihpayahnya ditilep pegawai Bank gelap.

Uang sebanyak Rp 100 juta milik bapak sudah lenyap entah ke mana, walaupun Pak Surono seorang polisi, toh tetap tak bisa mengusut. Namun Pak Surono mencoba tabah. Tetapi sang ibu yang dikenai sakit penyakit, mungkin karena badannya yang over, obesitas.

   Pernikahan tetap berlangsung, meski kondisi Ibu Fathia sedang payah dalam melangkah saja sudah labil. Lihat saja fotonya, membuat Hugo jadi sedih. "Mama, kau bisa menemaniku menikah saja, aku sudah senang ma.."

   Namun batinnya sedih juga jika ucapan ibunya yang menyatakan tanah nenek sebagai warisan buat Hugo dijual demi biaya pernikahan yang lebih dari Rp 35 juta itu.
Hugo sedih karena hanya bisa kumpulkan uang Rp 5 juta dan tambahan biaya untuk melamar dan merayakannya itu harus ada pemberian ibunya.

Karena tak mungkin berhutang pada orang lain atau pada bank. Sedih bukan, karena begitu banyak orang kaya bisa keluarkan uang lebih dari 50-100 juta untuk pawai jadi pejabat atau bayar satpol pp untuk mengusir warga kelas kecil, tapi keluarga Pak Surono, kelimpungan untuk biaya nikah anak semata wayangnya, Hugo Fabiano.

    Saat ibu sakit, Pak Surono mencoba mencari obat-obatan di luar apotek rumah sakit. Karena tahu obat di apotek rumah sakit lebih mahal dari apotek di jalan raya. Pontang pantingnya, menunggu istri di rumah sakit, hingga keluar ke jalan mencari obat-obatan telah menyebakan fisiknya melemah.

Justru akhirnya sang bapak meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sedih kan? Justru sang ibu yang masih berjuang dengan sakitnya, sang bapak meninggal karena jantungnya lemah saat dalam perjalanan sepeda motornya menuju rumah sakit.. (rumah sakit tak perlu disebut ya)

    Lalu tinggal Hugo dan adiknya, Evie Kusdiana, anak angkat Almahum Pak Rono yang mencoba menemani ibu yang ternyata kondisinya juga melemah. "Oh, Tuhan... kenapa ibu tidak juga sembuh, dan semakin payah. Uang semakin menipis..." urai batin Hugo.

   Hanya kabar baik yang hendak diucapkan Hugo pada kedua orang tuanya jadi tertunda. Yah, kabar itu, kabar kalau Hugo hendak mempunyai anak dari istrinya. Hugo menjadi terharu. "Papa,mama, semoga Tuhan memaklumi kalian. Maafkan mereka, selama hidupnya di dunia ini.., Tuhan!"

   Tetapi yah sudahlah.. Hugo harus menerima kenyataan ini. Hugo harus faham kalau jalan hidupnya harus mendapat cobaan Tuhan dengan kematian kedua orang tuanya. Dia tidak boleh menangis lagi. Harus melihat begitu banyak orang berdatangan ke rumahnya.

   Kemudian Hugo menerima elusan dan kata-kata menghibur dari kedua mertuanya. Begitu pula dari teman-teman kerjanya.

Hugo hendak melepas jenasah ibunya. Sementara banyak juga pelayat di sisi makam ibunya yang berada di sebelah makam bapaknya. Pedih, namun beginilah nasib. Kedua orang tua yang sudah menemaninya selama 32 tahun, pergi dalam tahun yang sama. Mungkin Tuhan punya rencana indah buatnya bersama istri dan calon anaknya.
  "Tuhan kabulkkanlah doaku.." doa Hugo sambil menggenggam jemari istrinya.

.......................................................................SEKIAN........................................................................................................

0 komentar:

Posting Komentar