Jumat, 11 Mei 2012

Puisi:BUNGA

''Bunga''

“Bunga.. bunga…
Aku merindukan kelopakmu merekah
Aku merindukan putikmu semerbak
Aku merindukan warnamu merona
Tumbuh di bukit menora
Menari-nari dengan gemulai dengan jiwa
Aku rindu menunggumu di sini
Diantara angin-angin yang menyepi seperti hati ini
Bunga.. bunga…
Aku merindukan kelopakmu merekah
Aku merindukan putikmu semerbak
Aku merindukan warnamu merona..”

Puisi:DI UJUNG MIMPIKU

DI UJUNG MIMPIKU

Sepi kurasa melebur hati
Rindu kurasa membalut imaji
Tertawa melihatku sendiri
Keheningan iringi langkah diri
Ku menangis dalam tawaku
Ku tertawa dalam tangisku
Terisak-isak mencari hatimu
Terbahak-bahak temukan kasihmu
Kerinduan yang tak pernah berujung
Membimbingku ke ujung tiang mimpiku
Menghujamku dan tinggalkan luka pilu
Dengan parangnya penggal bahagiaku
Luka hati yang tak terobati
Terasa perih dan mengoyak diri
Jerit hati bak lautan tangis
Mengejekku dengan pandangan miris
Ku bermimpi dalam sadarku
Ku tersadar dalam mimpiku
Dalam mimpi ku mengejar kasihmu
Ketika kusadar dapatkan bencimu
Kerinduan yang tak pernah berujung
Menyeretku ke ujung tiang mimpiku
Membelenggu dan tinggalkan luka baru
Dengan parangnya renggut harapanku.

Syair:MAWAR MERAH

MAWAR MERAH

Bulan tak juga penuhi
Malam itu sinar bulan tak menyapanya
Namun tak sesunyi malam
Gemerisik bunga mawar
Memberinya alunan nada
Menidurkannya dengan pelan
Layaknya belaian ibunda
Yang telah tiada
Tak ada lagi selain malam
Yang ia inginkan
Meski tak berbulan
Ia tetap dapat hilang
Dalam khayal menjauhi realita kehidupan
Tetap terjaga
Mawar dengan merah darah
Meski dalam mimpi terjaga
Hanya untuknya
Meski tajam duri melukai
Tetes darah hanya untuknya
Saat tersenyum mekarnya kala pagi
Takkan ada yang mengganti
Kala terbangun mawar itu pun tersenyum
Dengan merahnya yang indah
Monoton….
Inilah hidupnya….
Meski darah tetap tertetes
Saat ia di dekatnya
Hanya mawar itu…
Hanya merah itu…
Ia dapatkan indahnya hidup ini

Puisi:DAMAI

DAMAI

Sebuah pertanyaan di kepalaku selalu datang
Dimanakah aku menghindarinya?
Apakah segala pengetahuan ini benar?
Dari bintang yang bertaburan
Memungkinkan segalanya! Ukuran dan logika bukan sejati {sejati bagi manusia}
Ada suatu tempat dimana telah tertulis segalanya….
Tidak terjangkau oleh segala pengertian kita manusia
Pengendali segalanya tersembunyi di tempat terdamai
Yang disana hanya ada segala yang tidak tertangkap oleh apapun {Alloh mengetahui yang ghoib}
Sebelum keabadian , cerita damai ini ada {khayalan}
Tak seorangpun yang bisa berbicara menanggapinya
Mereka bersemayam di tepi-tepi kesunyian
Begitu kedamaian menjemputmu
Keabadian akan menyatu dengan segala bentuk dirimu {prasangka}
Apakah aku termasuk orang tertipu atau keliru? {ya}
Bersama cerita damai yang tak menuntut makna aku berjanji melebur
Menembus alam tak terkenali, menemukan sang pengendali {Alloh lah pengendali, dzatNya ada di atas langit}
Yang tak akan hadir walaupun di beri peluang ada {Alloh akan menampakkan diri di akherat kelak bagi hambaNya yang dirahmati}
Di tempat-tempat tidak ada itu bersemayam dan menertawakanku {prasangka}

Puisi:BIRU CINTAKU

BIRU CINTAKU

Biru…
aku ingat saat dirimu menatap mataku dengan lembut 
dan berkata bahwa cintamu merupakan mahakarya indah penuh makna 
yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata
hanya bisa dirasakan dengan hati yang terdalam
biru…
ternyata dirimulah yang bisa membuatku kembali membuka hati
yang tertutup rapat oleh serpihan luka yang lama terpendam
membuatku dapat melupakan semua keraguan jiwa
dan lebih merasakan hangatnya cinta…

biru…
kau mampu memberiku warna yang berbeda di setiap sisi lemahku…
membuatku tertawa, tersenyum, dan lebih semangat menjalani hari-hariku bersamamu
kau juga memberiku rasa tenang, damai, dan juga cinta disampingmu
dengan segala kekuranganku
kau memang spesial di hatiku…
kau juga inspirasi di setiap langkah-langkahku…
biru…
kau sungguh membuatku bersyukur karena memilikimu,
memberi sejuta rasa untuk menghargai cinta dan indahnya kehidupan…

Syair:NISAN SANG PUJANGGA

NISAN SANG PUJANGGA

Sinar senja begitu merahnya
Seakan langit terluka bersama sang pujangga
Berlumur darah karyanya tertulis
Dalam kertas lusuh yang terakhir
Yang terakhir….
Bersandar di nisannya
Ia terbata mengkhayalkannya
Sinar mata sang putri tidur
Yang kini terbangun
Mengutuk gelapnya petang
Gemetar memandang bayangnya
Kecantikan poros tubuh
Dan indahnya rambut cermin bulan
Betapa mengerikannya…
Keindahan yang mencabut nyawa
Dengan kata bertinta darah
Entah bukan dendam ia tuliskan
Meski luka yang ia dapatkan
Begitu dalam….
Kata terakhir….
Hanya berupa sebaris frasa
Dan siapa pun ngeri membayangkannya
Sebuah frasa menjadi tanya
Pantaskah ini semua
Hanya demi sebuah frasa
Hilang sudah sebuah nyawa
Bukan dongeng sayang
Meski lelap karya ini
Membawamu ke alam mimpi
Tak seindah itu…
Hanya sepi sendiri…..

SYAIR REMBULAN


Kembali aku terbentur
Didinding kesunyian
Hanya bisikan angin malam
Singgah dan lewat di telinga
Lagi aku terjatuh
Ditikam gelora rindu
Menyeruak dari dalam kalbu
Menyumpah serapah pada waktu
Kuamati detak detik jarum jam
Sepertinya teramat lambat
Ingin kuputar dan kupacu
Jarak dan lari sang waktu
Meski terasa begitu lama
Aku kan selalu setia
Menanti rembulan yang kurindu
Menyinari ruang kalbuku.

Syair:SEPENGGAL SYAIR MALAM

SEPENGGAL SYAIR MALAM

Saat malam mencapai puncaknya
dan embun malam tengah berkuasa
disitu kurasakan perihnya tusukan cinta
mengoyak segala rasa, tanpa ada sisa
aku merasa bukan lagi menjadi diriku
karena otakku diliputi rasa yang tak akan pernah sirna
aku menjadi mabuk demi kuturuti katanya
rasanya tak perduli seberapa besar api
sedalam apapun lautan, selebar apapun jurang
dan sepedih apapun siksa, harus kulewati semua
tapi…..
itukah jalan keluar, itukah solusi
atau…..
bukankah itu semua implementasi dari kebodohan
bukankah itu pengungkapan akan kerdilnya manusia
bukankah itu penampakan sifat kekanakan
dari manusia yang merasa dirinya dewasa
sombongnya jiwa yang merasa besar
meski jiwa ini sebenarnya kosong tak berarti
apa yang bisa dilakukan manusia dengan jiwa kosongnya
selain mimpi pula disiang bolong
karena tak ada yang benar-benar nyata, tak ada yang benar-benar serius di alam dunia,
kecuali sudah kembali kepada-Nya
jadi…intinya adalah hanya pasrah pada Dia
pemilik alam raya dan isinya.
*untuk mawar merahku

SYAIR MALAM




Bismillahirrahmanirrahim

I
Kekasih...
Kutelusuri jejak bintang-bintang nun jauh di ujung cakrawala.
Betapa kerdilnya diri dalam kemaha besaran Sang Pencipta.
Tiada berarti bagai sebutir debu ditengah gurun sahara,
yang pergi kemana pun angin gurun akan membawa.

Dalam derasnya airmata kerinduan yang mencucur.
Terasa betapa hidup hamba kurang bersyukur.
Bahkan terkadang dihinggapi jiwa takabbur,
Ampunilah hamba sebelum masuk kubur.

Kadang iman diri bagaikan remah.
indahnya dunia pun jadi utama,
Wahai Ilahi Pemilik Rahmah.
Ampuni diri yang lemah.

II

Wahai Yang Rahman.
Kuatkan hamba dalam iman.
Harumnya bagai bunga ditaman.
Dan tempat yang baik tuk kediaman.

Dalam cinta yang kadang masih sering tergoda.
Bermohon hamba pada-Mu dengan tangan tengadah.
Agar Engkau ridho untuk teguhkan taqwa di didalam dada.
Agar selalu sadar balasan surga dan neraka-Mu yang memang ada.

III
Wahai Engkau yang memiliki segala apa yang ada di alam semesta.
Yang meninggikan derajat mereka yang sebelumnya ternista.
Hanya pada-Mu jua hamba memanjatkan segala pinta.
Agar di dunia dan akherat kelak tidak menderita.

Wahai Engkau Yang Maha membalik hati.
Tunjukkan jalan yang harus kutiti,
Agar selamat di hari nanti.
Kelak, setelah mati.

Kekasih.
Padamu hamba berserah diri.